Minggu, 31 Maret 2024

BAJIGUR WUJUD KEPEDULIAN DINKES BREBES DI BULAN RAMADAN

 


Bulan ramadan merupakan bulan yang penuh berkah. Banyak dari masyarakat, khususnya umat muslim yang berlomba-lomba melakukan kebaikan. Tak terkecuali bagi Karyawan Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes melalui program BAJIGUR ( Bagi Takjil Gema Puasa Ramadan ). Dinkes Brebes membagikan takjil kepada masyarakat di sekitar Kantor Dinas Kesehatan. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh Dinkes Brebes di setiap bulan ramadan.

Pada tahun ini Dinkes Brebes menyiapkan kurang lebih sebanyak 75 paket takjil yang akan diberikan kepada kelompok masyarakat tertentu setiap minggunya. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Ineke Tri Sulistyowaty, SKM, M.Kes, menuturkan bagi-bagi takjil tersebut diberikan kepada masyarakat. Acara ini berkat kepedulian teman-teman Dinas Kesehatan melalui donasi takjil yang terkumpul, imbuh ineke

Kegiatan Bajigur ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat di bulan Ramadan.

Kegiatan bagi-bagi takjil ini merupakan wujud kepedulian antar sesama kepada masyarakat, terutama bagi kaum muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Harapannya bahwa kegiatan ini dapat membantu masyarakat yang masih beraktivitas untuk sekedar berbuka puasa.

Rabu, 27 Maret 2024

PERTEMUAN TIM PERENCANAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BREBES

 


Brebes – Guna mendukung pelayanan kesehatan di tingkat Pelayanan Kesehatan Kabupaten Brebes, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, yang di wakili oleh Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK), Sri Nani Purwaningrum, SKM,M.Kes membuka Kegiatan Tim Spesifikasi Penyusunan Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan, bertempat di Aula Dinas Kesehatan Brebes, Kamis (28/3/2024).

Kepala Bidang SDK, Sri Nani Purwaningrum dalam sambutannya mengatakan, Pentingnya pengelolaan logistik diprediksi akan meningkat, khususnya di era Jaminan Kesehatan Nasional. Manajemen logistik obat dan perbekalan kesehatan yang baik akan memberikan kemudahan untuk mengelola pengadaan, penyimpanan, dan distribusi dalam rangka untuk memenuhi permintaan pasien yang semakin lama semakin meningkat.

Pelayanan Logistik obat dan perbekalan kesehatan di Indonesia memiliki pola dan struktur yang khas mulai dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/kota dan Fasilitas Kesehatan, dimana masing-masing tingkat memiliki wewenang dan tanggung jawab yang berbeda terkait dengan pengelolaan logistik obat dan perbekalan kesehatan.

Pelayanan Kefarmasian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klini, ucap Nani

“Melalui kegiatan ini diharapkan, pemahaman dan akurasi perencanaan kebutuhan semakin meningkat sehingga dapat menjamin ketersediaan obat dan vaksin di tingkat Kabupaten serta mengoptimalkan tingkat pelaporan pelayanan kefarmasian di fasyankes untuk mencapai target pelayanan kefarmasian sesuai dengan standar,” tutupnya.

Senin, 25 Maret 2024

PERTEMUAN COFFEE MORNING KESEHATAN IBU DAN ANAK DI KABUPATEN BREBES

 


Untuk menurunkan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang dilahirkan, perlu turun tangan semua pihak. Kerja sama lintas sektor yang sungguh-sungguh harus dibangun sejak dini. Baik berupa pendataan, pengawasan, pendampingan dan penanganan dari ibu hamil, melahirkan hingga pasca persalinan harus disengkuyung bersama.  Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar, SKM, M.Sc, M.Si pada Coffe Morning Kesehatan di Pendopo Bupati Brebes, Senin, 25 Maret 2024.

Dia mengajak untuk saling menjalin kerja sama yang baik dengan berbagai pihak sesuai dengan bidang tugasnya masing masing. Semua harus bahu membahu dengan tujuan yang sama yaitu mencegah terjadinya kembali kematian ibu dan bayi persalinan. “Kita ingin mengurai angka kematian ibu di kabupaten brebes ini, karena AKI AKB ini bukan single factor, tapi karena beberapa faktor”, terang Yunita.

PJ Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar, S.H, M.Hum menyambut baik upaya maksimal Kepala Dinas Kesehatan Provinsi yang perlu mendapatkan dukungan semua pihak untuk menurunkan AKI dan AKB di Kabupaten Brebes. Lewat Coffe Morning, kata Iwan, bisa saling mendeteksi sedini mungkin kendala dan permasalahan apa saja yang terjadi di masyarakat, seperti persoalan AKI dan AKB sehingga dapat ditangani secepatnya. Iwan menandaskan, penurunan AKI dan AKB menjadi tugas bersama. Dan ini harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, agar kedepan permasalahan AKI dan AKB tidak semakin besar angkanya.

Coffee Morning Kesehatan Ibu dan Anak, yang melibatkan semua Fasyankes, baik Pemerintah maupun swasta se Kabupaten Brebes. Sharing sesi dari Ibu dr. Ratna, SpOG disampaikan bahwa Komitmen Manajemen sangat penting untuk keberhasilan Upaya Kesehatan Ibu dan Anak.


Video

Sabtu, 23 Maret 2024

Yes! We Can End TB



TBC merupakan penyakit kronis yang menular dan mematikan, sekitar 17 orang per jam meninggal akibat TBC.

Pada Hari Tuberkulosis Sedunia ini, mari kita ingat bahwa setiap orang memiliki peran penting dalam memerangi TB.

Bersama-sama, kita bisa mengakhiri Tuberkulosis.“Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis (GIAT)”.

Pencegahan TBC adalah salah satu upaya penting untuk menjaga kesehatan anak dan generasi muda. Gerakan untuk mencegah TBC pada generasi emas diperlukan kerjasama.

peran keluarga penting dalam pencegahan penularan TBC karena keluarga memiliki peran besar dalam merawat anggota keluarga yang sakit TBC dan memastikan anggota keluarga yang sehat tidak tertular TBC. Salah satu bentuk pencegahannya adalah dengan mengonsumsi TPT terutama bagi kontak serumah/erat dari pasien TBC serta bagi ODHIV.

TBC merupakan penyakit yang dapat diobati dan disembuhkan

“Gerakan Indonesia Akhiri TBC dengan Deteksi Dini dan Terapi Pencegahan TBC (TPT)” 


#GIAT2024 #GerakanIndonesiaAkhiriTBC #TOSSTBC #YesWeCanEndTB #EliminasiTBC2030 


#wordtuberculosisday #kitabisaakhiritbc #tosstb #temukanobatisampaisembuh

Rabu, 20 Maret 2024

PERTEMUAN PENGUATAN PENGENDALIAN PENYAKIT ZOONOSIS (RABIES/GHPR)

 


Pada tanggal 20 Maret 2024, Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes melaksanakan Pertemuan Pengendalian Penyakit Zoonosis (Rabies/GHPR) dengan Pendekatan One Health di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes. Pertemuan ini dihadiri oleh petugas medis dari rumah sakit dan puskesmas lintas batas yang ada di Kabupaten Brebes.

Pertemuan dibuka oleh Kepala Bidang P2PTM Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, dr. Ign. Adhi Pujo Astowo. Dalam sambutannya, disampaikan bahwa Kabupaten Brebes perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan rabies, mengingat Kabupaten Brebes. Kemudian dilanjutkan materi dari narasumber diantaranya dr. Susilo Setiaji, Sp.Pd dari RSUD Brebes, drh. Asri Kurniandari dari Dinas Pertenakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Brebes dan Agus Nurokhman, SKM, M.Kes dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Pertemuan tersebut menghasilkan rencana tindak lanjut berupa:

  1. Melaksanakan surveilans kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) berupa: penemuan kasus GHPR indikasi; penanganan kasus pada manusia di puskesmas atau layanan kesehatan; penanganan hewan penular rabies dan sampel otak oleh Dinas Pertanian/Peternakan.
  2. Tata laksana kasus GHPR: ketersediaan vaksin anti rabies (VAR) dan rabies center (RC), ketersediaan sarana dan tenaga terlatih dalam penanganan kasus GHPR di puskesmas/layanan kesehatan dan RC.
  3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membentuk RC dengan SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dalam pengelolaan kegiatan rutin berkolaborasi dengan Dinas Pertanian/Peternakan.
  4. Deteksi kasus Zoonosis lainnya di Kabupaten Brebes: Flu Burung pada unggas oleh Dinas Pertanian/Peternakan, pada manusia oleh Dinas Kesehatan
  5. Tindak lanjut penemuan kasus Leptospirosis di RSUD.

#zoonosis #rabies #dinkes #brebes

Video

Selasa, 19 Maret 2024

Fakta-Fakta Penting Fogging

 

Siapa yang setuju jika nyamuk memang serangga paling nyebelin? Jika menggigit tubuh manusia, mungkin efek samping terkecil adalah rasa gatal yang timbul. Namun paling parahnya bisa membuat kematian, salah satunya akibat Demam Berdarah. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat sering kali meminta untuk dilakukan fogging oleh Puskesmas atau secara inisiatif melakukan fogging mandiri di tempat tinggalnya.

Fogging memiliki arti yaitu pengasapan dengan menyemburkan racun pembunuh nyamuk dewasa atau biasa disebut InsektisidaFogging sering dilakukan di beberapa pemukiman dengan alasan untuk membunuh nyamuk Aedes Aegypti [Aedes Sp]. Tapi sudahkah prosedur yang dilakukan benar?



Berdasarkan penjelasan dari Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, fogging  tidak dianjurkan. Kenapa? Kita ulas fakta-fakta berikut;

1. Fogging Bukan Pencegahan

Fogging bukan merupakan cara mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes Sp. yang ada disekitar kita. Cara utama dan penting untuk pencegahan nyamuk DBD yaitu dengan melakukan PSN 3M Plus. Selain itu, fogging hanya mematikan nyamuk dewasa saja, sedangkan telur dan jentik nyamuk, tidak akan mati dengan fogging. Namun akan tetap hidup dan berkembang menjadi nyamuk dewasa dalam 2-6 hari.

2. Fogging yang Selalu Sering Dapat Mengakibatkan Nyamuk Kebal

Melakukan fogging secara terus menerus bukan membuat nyamuk “K.O”, tapi malah menjadikan nyamuk kebal terhadap racun serangga yang terdapat di asap fogging tersebut [resisten]. Nyamuk sudah mengalami resistensi terhadap racun tersebut karena sudah mengenali jenis racun yang disemprotkan, sehingga bisa menghindari asap. Selain itu, metabolisme tubuh nyamuk juga sudah mengenali jenis racun sehingga jika terpapar kembali, tubuh nyamuk sudah kebal alias terbentuknya antibodi nyamuk.

3. Fogging Penting Dilakukan Untuk Pengendalian Kasus

Biasa dinamakan Fogging Fokus, karena tujuannya untuk mengentaskan nyamuk dewasa penyebab DBD atau memutus penularan kasus di suatu wilayah/area. Syarat dilakukan Fogging Fokus adalah Penyelidikan Epidemiologi [PE] menunjukkan hasil positif di wilayah penderita DBD dan ditemukan penderita DBD lainnya atau ada penderita demam lain. Selain itu, ditemukan jentik di wilayah yang terjangkit DBD.

Fogging akan dilakukan ketika aktifitas puncak nyamuk DBD, seperti pagi hari di 07.00 – 10.00 dan sore hari di jam 16.00 – 18.00. Fogging fokus akan dilakukan saat kondisi cuaca sedang tidak hujan, berangin kencang atau terik matahari dan dilakukan baik di luar maupun di dalam rumah dengan radius 100 meter dari rumah penderita DBD sebanyak 2 siklus dengan interval waktu 1 minggu.

4. Dilakukan Puskesmas dan Menunjuk Tenaga Terlatih

Fogging fokus dilakukan dua siklus interval dalam satu minggu, dan wajib dilakukan oleh tenaga terlatih. Karena seperti kita ketahui fogging itu menyebarkan racun sehingga harus hati-hati dalam penggunaanya, tenaga terlatih ini mengetahui jenis kandungan cairan yang digunakan, alat dan perlindungan diri yang dibutuhkan, serta titik-titik penyemprotan dilakukan dimana saja.

5. Satu Rumah di Fogging, Semua Rumah Wajib Fogging

Wajib! Karena jika ada satu rumah di wilayah fogging tidak diikutsertakan, maka ada kemungkinan nyamuk DBD ini akan “lari” ke rumah tersebut dan kembali menyebar setelah racun fogging hilang. Oleh karena itu, baiknya pihak RT memberitahukan ke warga 1X24 Jam jika ingin melakukan fogging fokus.

Sebelum dilakukan fogging, setiap rumah pun wajib melakukan hal seperti berikut;

> Menyimpan/menutup semua makanan/bahan makanan dan air minum

> Mengamankan hewan peliharaan

> Semua penghuni keluar dari rumah saat pelaksanaan fogging dan boleh masuk kembali sekurang-kurangnya 30 menit setelah fogging

Intinya semua masyarakat tetap waspada terhadap Demam Berdarah Dengue dan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di lingkungan masing-masing. Lakukan PSN 3M Plus minimal sekali seminggu, di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di lingkungan kita, karena mencegah lebih baik.


Rabu, 13 Maret 2024

Upaya Pencegahan DBD dengan 3M Plus



Kasus demam berdarah terjadi karena perilaku hidup masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kematian dan dapat terjadi karena lingkungan yang kurang bersih. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah merebaknya wabah DBD. Salah satu caranya adalah dengan melakukan PSN 3M Plus.

Menguras, merupakan kegiatan membersihkan/menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya. Dinding bak maupun penampungan air juga harus digosok untuk membersihkan dan membuang telur nyamuk yang menempel erat pada dinding tersebut. Saat musim hujan maupun pancaroba, kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.

Menutup, merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang), kita juga disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.

Yang dimaksudkan Plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan tambahan seperti berikut:

Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk

Menggunakan obat anti nyamuk

Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi

Gotong Royong membersihkan lingkungan

Periksa tempat-tempat penampungan air

Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup

Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras

Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar

Menanam tanaman pengusir nyamuk

Wabah DBD biasanya akan mulai meningkat saat pertengahan musim hujan, hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk karena meningkatnya curah hujan. Tidak heran jika hampir setiap tahunnya, wabah DBD digolongkan dalam kejadian luar biasa (KLB).

Masyarakat diharapkan cukup berperan dalam hal ini. Oleh karena itu, langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah upaya pencegahan DBD dengan 3M Plus.

Rabu, 06 Maret 2024

Pemerintah Kabupaten Brebes Terima Sertifikat Bebas Penyakit Frambusia

 


JAKARTA, Dinilai berhasil dalam melakukan eradikasi/pembasmian berkelanjutan penyakit tropis terabaikan atau Neglected Tropical Diseases (NTDs) khususnya penyakit Frambusia, Pemerintah Kabupaten Brebes menerima Sertifikat Bebas Frambusia dari Kementerian Kesehatan RI. Sertifikat diserahkan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin kepada PJ Bupati Brebes, yang dalam hal ini diwakili oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Brebes, Ir. Djoko Gunawan, M.T pada peringatan Hari NTD Sedunia di Hotel Grand  Sahid Jakarta, Rabu (05/03/2024). 

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, dari 11 NTDs pihaknya akan fokus kepada lima NDTs yakni Kusta, Frambusia, Kaki Gajah, Cacingan dan Demam Keong. Kepala daerah dihimbau untuk mengatasi NDTs  berkelanjutan yaitu dengan menjaga lingkungannya.

"Kalau lingkungan tidak banyak nyamuk, tidak BAB sembarangan ya kecil kemungkinan ada penyakit. Kita fokus bagaimana caranya menurunkan NTDs dengan lingkungan yang sehat, rajin cuci tangan, jangan BAB sembarangan, kalau jalan-jalan pakai sandal, terutama anak anak," katanya. 

Gunadi manambahkan, NTDs disebabkan oleh berbagai patogen termasuk virus, bakteri, protozoa, dan cacing parasit. Saat ini baru empat obat yang tersedia untuk lima penyakit ini, kecuali Frambusia hanya dengan menjaga lingkungan.

"Cara yang paling cepat dengan memberikan obat. Hari ini kita luncurkan obat Kusta. Pesan saya bikin lingkungan yang bersih. Mudah-mudahan kita bisa menurunkan angka NTDs lima tahun kedepan," imbuhnya

Sekda Brebes, Ir. Djoko Gunawan, M.T menerangkan, Kabupaten Brebes mendapatkan Sertifikat Bebas Frambusia karena Brebes termasuk daerah Non Endemis Frambusia. Dinas Kesehatan melalui puskesmas juga selalu melakukan pelaporan rutin Frambusia. Selain itu, lebih dari tiga tahun tidak ditemukan adanya kasus Frambusia di Brebes.

"Pemkab Brebes berkomitmen untuk terus mempertahankan NOL kasus Frambusia. Kepada masyarakat dihimbau untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat," terang Djoko.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Ineke Tri Sulistyowaty, SKM, M.Kes mengungkapkan, Frambusia atau dikenal juga sebagai  Patek merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum Pertenue.  Infeksi ini biasanya terjadi di negara wilayah tropis yang memiliki sanitasi buruk, seperti Afrika, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Oceania.

Penyakit Frambusia dapat menular melalui kontak langsung dengan ruam pada kulit yang terinfeksi. Pada awalnya, frambusia hanya akan menyerang kulit. Namun, seiring berjalannya waktu, penyakit ini juga dapat menyerang tulang dan sendi.

"Jangan ganti-ganti pakaian dengan orang lain, mandi dengan air bersih dan pakai sabun. Yang tidak kalah penting, jaga lingkungan tetap bersih," imbau Ineke.

Lebih jauh dijelaskan Ineke, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk melakukan eradikasi Frambusia. Salah satunya dengan membuat membentuk Tim Sertifikasi Eradikasi Kabupaten Brebes Tahun 2023 sebagai bentuk komitmen Eradikasi Frambusia.

Pihaknya juga telah melakukan kerjasama lintas sektoral dan penggalangan komitmen bersama untuk Eradikasi Frambusia. Berbagai sosialisasi dan peningkatan kompetensi bagi petugas puskesmas dan pengelola program Frambusia juga telah dilakukan.

 


Jumat, 01 Maret 2024

Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional 3 Maret 2024, Ketahui Bagaimana Menjaga Kesehatan Telinga di Tengah Perkembangan Teknologi Audio

 


Dalam dunia yang semakin didominasi oleh teknologi, penggunaan perangkat audio seperti headphone dan earphone telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, sementara teknologi audio memberikan kenyamanan dan hiburan, peningkatan penggunaannya juga membawa tantangan baru terhadap kesehatan telinga.

Dalam memperingati Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional pada tanggal 3 Maret, penting untuk memahami dampak penggunaan teknologi audio terhadap kesehatan telinga dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk menjaga pendengaran tetap sehat. Penggunaan teknologi audio yang berlebihan atau tidak tepat dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan telinga, termasuk:

1. Kerusakan Pendengaran

Paparan suara yang terlalu keras dari perangkat audio dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sel-sel rambut di telinga bagian dalam, hingga menyebabkan masalah pendengaran.

2. Tinitus

Penggunaan headphone dengan volume tinggi secara terus-menerus dapat menyebabkan tinitus, yaitu sensasi berdenging atau desingan yang berkelanjutan di telinga.

3. Infeksi Telinga

Penggunaan earphone yang tidak bersih atau berbagi headphone dengan orang lain dapat meningkatkan risiko infeksi telinga.

4. Gangguan Keseimbangan

Paparan suara yang berlebihan dapat memengaruhi keseimbangan telinga dan menyebabkan masalah seperti vertigo atau pusing.

Bahkan pada tahapan yang lebih parah, seseorang bisa saja mengalami gangguan kesehatan telinga berupa gendang telinga pecah. Walaupun kasus ini cukup jarang terjadi, namun upaya pencegahan harus tetap dilakukan agar kesehatan telinga dan pedengaran senantiasa terjaga.

Meskipun penggunaan teknologi audio tidak dapat dihindari sepenuhnya. Selain mengetahui apa saja bahaya penggunaan teknologi audio yang berlebihan, di Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional 3 Maret 2024 ini dirasa perlu untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan telinga di era teknologi audio. Berikut langkah beserta penjelasannya:

1. Batas Volume

Batasi volume perangkat audio dan hindari mendengarkan suara dengan volume yang terlalu tinggi. Sebagai panduan, gunakan aturan 60/60: maksimum volume 60% dari maksimal dan dengarkan selama tidak lebih dari 60 menit sekaligus.

2. Gunakan Perangkat Audio yang Berkualitas Baik

Investasikan dalam perangkat audio berkualitas baik yang memiliki fitur pengaturan volume yang lebih baik dan menyaring suara dengan lebih baik.

3. Istirahat

Berikan waktu istirahat secara berkala kepada telinga dari paparan suara dengan menggunakan teknologi audio. Berikan waktu istirahat selama beberapa menit setiap jamnya.

4. Gunakan Perlindungan Telinga

Saat berada di lingkungan dengan suara yang sangat keras, seperti konser atau acara olahraga, gunakan pelindung telinga untuk mengurangi paparan suara.

5. Jaga Kebersihan

Pastikan untuk membersihkan earphone atau headphone secara teratur untuk mencegah infeksi telinga.

Dengan kesadaran akan dampak negatif penggunaan teknologi audio terhadap kesehatan telinga, bermanfaat dalam mengambil langkah-langkah preventif untuk menjaga pendengaran tetap sehat. Mari jadikan Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional sebagai momentum untuk memprioritaskan kesehatan telinga di tengah perkembangan teknologi. Jangan ragu untuk melakukan konsultasi kesehatan ke dokter atau profesional kesehatan yang ahli dalam bidangya bila mengalami masalah pendengaran seperti tinitus atau bahkan kehilangan pendengaran guna mendapatkan anjuran serta perawatan yang tepat.





DINKES BREBES SALURKAN OBAT-OBATAN DAN LOGISTIK LAINNYA DI POS KESEHATAN TERDAMPAK LONGSOR SALEM

 


Hujan deras yang terjadi pada Sabtu (24/2/2024) malam mengakibatkan akses jalan penghubung desa di wilayah Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, lumpuh akibat tertimbun material longsor.

Setidaknya ada 1.000 warga yang tinggal di 210 rumah di Desa Kadumanis terisolasi hingga pagi ini akibat akses jalan penghubung antardesa lumpuh. Hari ini, jumat 1 maret 2024 Dinas Kesehatan melalui Kepala Bidang Pengendalian Penyakit (P2), dr. Ign Adhi Pujo Astowo didampingi Kepala Puskesmas Salem dan Kepala Puskesmas Bentar meninjau langsung Pos Kesehatan di lokasi bencana alam banjir dan longsor di 3 desa di Kecamatan Salem. Sekaligus memberikan bantuan logistik obat-obatan sosial dan logistic sosial lainnya.

“Alhamdulillah, Petugas Kesehatan yang ada di Puskesmas Salem dan Puskesmas Bentar bergerak cepat dalam menangani perihal Kesehatan, mereka langsung tanggap darurat untuk mendirikan pos kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat” kata Adhi. Mereka juga mengevakuasi dengan alat seadanya ibu hamil yang mendekati hpl (Hari Perkiraan Lahir) untuk dibawa ke puskesmas.